Rabu, 23 Januari 2019

Polisi Pernah Usir Penambang di Srumbung, Tetapi Kembali Lagi




Polisi Pernah Usir Penambang di Srumbung, Tetapi Kembali Lagi




TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Kepala Polisi Resort Magelang, AKBP Hari Purnomo, sudah berkali-kali memperingatkan kepada para penambang tradisional yang melakukan penambangan di kawasan tambang Bego Pendem, Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang.

Pasalnya, kawasan tersebut merupakan daerah berbahaya untuk dilakukan penambangan.

Lokasi tambang batu dan pasir di Kali Bebeng tersebut merupakan lokasi rawan bencana dan rawan terjadinya longsor.

"Kami sudah memperingatkan berkali-kali untuk tidak menambang di daerah tersebut, karena daerah itu berbahaya, rawan untuk penambangan," ujar Hari, Selasa (19/12/2017).

Kendati sudah dilakukan peringatan, namun para penambang masih kembali dan menambang batu dan pasir di Bego Pendem.

Bahkan pihaknya juga pernah melakukan pengusiran terhadap pihak penambang yang belum mengantongi izin.

"Penambang tradisional ini mengais sisa-sisa tambang dari penambang yang berijin. Sudah diusir, tetap kembali lagi," ujarnya.


Hari pun akan menindak tegas jika ditemukan penambang yang tidak mengantongi izin penambangan di lokasi tersebut.

Ia pun juga mengimbau kepada para penambang tradisional untuk tidak menambang di daerah berbahaya tersebut.

"Kita ingatkan kembali lagi, himbauan preventif dan preemptif agar supaya para penambang tidak kembali lagi," ujarnya.(TRIBUNJOGJA.COM)

Kamis, 03 Januari 2019

Pasir di Kali Progo Mulai Menipis, Penambang Mulai Kesulitan

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Penambangan pasir dengan mesin penyedot di Sungai Progo, hingga kini masih marak terjadi meski izin belum dimiliki.
Meski begitu, permasalahan izin bukan satu-satunya kesulitan para penambang. Masifnya penyedotan kini juga membuat jumlah pasir di tengah sungai mulai sulit mereka dapatkan.
Ketua Kelompok Penambang Progo, Gandung, mengungkapkan sejumlah titik yang dulu banyak dimanfaatkan penambang untuk mengambil pasir dengan penyedot seperti Mangiran, Siyangan, dan Trimurti kini sudah tidak bisa lagi dimanfaatkan.

Hal itu karena pasir di tengah kali mulai habis sehingga penambang terpaksa beralih menambang secara manual.
“Karena pasir di kedalaman tengah habis baru kedalaman lima meter ada batu dan penyedot kita tidak bisa ambil,” ujarnya pada Minggu (18/10/2015).
Sepanjang aliran Kali Progo memang selama ini menjadi sumber penghidupan ribuan warga penambang disebabkan sedimen pasir yang terkandung di dalamnya.
Para penambang menurutnya sudah berupaya menjaga lingkungan dengan menolak adanya aktivitas penambangan di Kali Progo dengan menggunakan alat berat atau eskavator.
“Justru karena kita memakai mesin sedot bisa membantu pemerintah menormalisasi sungai,” tuturnya.
Menurutnya, dengan mulai sulitnya pasir di Kali Progo, jumlah mesin penyedot juga berkurang, jika dulu ada sekitar 300 mesin, sekarang menjadi hanya skitar 100 buah saja.
Penambang yang beralih ke penambangan manual menurutnya hanya menggunakan alat-alat sederhana seperti sekop dan beroperasi hanya di pinggir-pinggir sungai.
Berkurangnya pasir dan jumlah mesin otomatis mengurangi pasokan pasir yang mereka kirim, menurutnya jika menggunakan mesin penyedot, dalam satu jalur per hari bisa menghasilkan lima atau enam rit, tergantung persediaan pasir yang dimiliki, namun dengan peralatan manual hanya tiga atau empat rit.

Meski harus beralih ke manual menurutnya, para penambang tetap akan beroperasi untuk memnuhi kebutuhan hidup mereka.
“Kalau berhenti menyedot ya bagaimana, penambang-penambang bisa banyak yang menganggur,” katanya.


Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Pasir di Kali Progo Mulai Menipis, Penambang Mulai Kesulitan, http://jogja.tribunnews.com/2015/10/19/pasir-di-kali-progo-mulai-menipis-penambang-mulai-kesulitan.
Penulis: apr
Editor: ton

Split Koral yang Baik untuk Campuran Beton

          Buat Anda yang sedang membangun rumah, pernakah Anda mencoba memilih koral yang baik sebagai material campuran beton? Apakah Anda hanya tahu memesan sejumlah koral yang telah diestimasi  oleh tukang Anda? Tanpa ingin tahu lebih jauh tentang mana yang lebih baik koral/krikil atau batu pecah? Ukuran butiran koral seperti apa yang akan Anda pesan? Bentuk koral, kadungan kadar lumpur dan lain sebagainya.
            Material seperti koral alias krikil, batu pecah dan pasir adalah meterial yang digunakan sebagai bahan baku beton, bahan yang berasal dari batu ini disebut ‘agregat’. Agregat mempunyai peranan sangat penting terhadap kualitas beton maupun harganya. Biasanya 56-75% volume total beton terdiri dari volume agregat, oleh karena itu dengan menggunakan komposisi semaksimal mungkin akan memperoleh harga beton yang lebih murah dengan kualitas beton yang tetap memadai.
            Berdasarkan distribusi kumpulan ukuran butirannya, agregat dapat dibedakan menjadi agregat halus (pasir) dan agregat kasar (koral, misalnya). Agregat berfungsi sebagai bahan pengisi, dan walaupun fungsinya hanya sebagai bahan pengisi, ini tidak berarti peranannya dalam menentukan kekuatan beton lebih kecil daripada semen.
            Sifat dan karakteristik Koral (agregat) sangat menentukan kualitas akhir beton yang dikerjakan. Agregat dengan ukuran butiran yang lebih halus memerlukan semen lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan butiran yang lebih kasar dan berarti memerlukan penggunaan semen yang lebih sedikit, sehingga berdampak terhadap pengurangan harga akhir beton.
            Koral dengan sifat kekerasan, kepadatan, dan keawetan tinggi akan menghasilkan beton berkualitas lebih tinggi, sedangkan beton yang dubuat dengan sifat sebaliknya akan menghasilkan beton berkualitas rendah. Koral dengan kekerasan, kepadatan, dan keawetan tinggi mempunyai sifat kekekalan yang lebih baik.
            Demikian juga koral yang mengalami pencemaran, baik oleh bahan organik ataupun anorganik dapat mempengaruhi kualitas agregat sehingga memerlukan tinfdakan pencucian terlebih dahulu sebelum digunakan.
Berikut ini kita lihat cara memilih koral yang baik sebagai bahan baku campuran beton. Koral untuk beton sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan-batuan berupa krikil alam, pada umumnya yang dikatakan koral adalah batuan atau agregat yang ukuran butirannya lebih dari 5 mm. Koral yang baik harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Koral yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai, apabila jumlah butir-butor pipih tersebut tidak melampaui 20% berat koral seluruhnya.
Koral yang baik harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seoerti terik  matahari dan hujan. Ingat. Koral yang baik tidak boleh mengandung kadar lumpur melampai 1%, bila melebihi koral harus dicuci.
Koral yang baik harus terdiri dari beraneka ragam besarnya, agar bisa saling mengisi untuk menghasilkan suatu campuran atau beton jadi yang padat. Bila dibawa ke Laboratorium Beton, apabila diayak dengan susunan ayakan, maka koral harus memenuhi syarat-syarat bebagai berikut. Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus minimum 0% berat. Sisa di atas ayakan 4 mm, harus berkisar 90% dan 98% berat. Dan Selisih antara sisa-sisa komulatif di atas dua ayakan yang berurutan adalah maksimal 60% dan minimum 10% berat.
Berdasarkan uraian di atas terlihat betapa pentingnya peran agregat (Koral) dalam pekerjaan beton, di samping peran bahan baku pembuat beton lainnya. Untuk itu diperlukan perhatian sungguh-sungguh dalam menentukan pilihan jenis koral yang akan digunakan, agar sesuai dengan sifat pekerjaan dan lingkungan di mana rtumah Anda didirikan. Tindakan ini diperlukan agar beton yang dibuat memiliki kualitas tinggi dengan harga relatif lebih murah.

https://ronymedia.wordpress.com