Harianjogja.com, JOGJA- Musim hujan yang melanda wilayah DIY menyebabkan material pasir hitam Merapi merosot tajam. Harganya pun melambung tinggi. Saat ini satu rit pasir hitam Merapi dijual Rp1.250.000 per rit atau Rp125.000 per kubik.
Kepada Harian Jogja, salah seorang pengusaha tambang pasir Merapi di Sleman Chaerul Musthofa mengatakan, tingginya harga pasir Merapi tersebut disebabkan sejumlah hal.
Pertama, area penambangan saat ini sulit dicari karena stok pasir hitam di sungai-sungai yang berhulu di Merapi semakin menepis. Kedua, banjir yang sewaktu-waktu terjadi akibat hujan menyebabkan alat-alat berat seperti beco, tidak berani beroperasi.
“Ketiga, medan [jalan] ke penambangan yang ada saat ini sudah berbahaya bagi truk dan angkutan berat. Kalapun ada yang berani turun, ngambilnya cuma sedikit paling 7,5 kubik,” ujarnya, Rabu (3/12/2014).
Terakhir, sambung Chaerul, kenaikan harga pasir hitam Merapi disebabkan oleh kenaikan harga BBM. Dia sendiri mengaku permintaan pasir dari pelanggannya di DIY-Jawa Tengah masih belum mengalami penurunan.
“Alhamdulillaah, permintaan pasir dari kalangan industri masih banyak. Baik dari Sleman, Solo, Boyolali, Purwokerto, Klaten maupun Pati,” katanya.
Chaerul menjelaskan, naik turunnya harga pasir tersebut tergantung dari ketersediaan stok yang melimpah. Jika hujan di puncak Merapi mampu membawa material pasir yang besar dan stok melimpah, katanya, kemungkinan harga pasir dapat turun lagi.
“Hujan saat ini belum mampu membawa material pasir Merapi, jadi perlu curah hujan yang tinggi di puncak,” ujarnya.
Untuk tetap memenuhi kebutuhan permintaan pasir ditengah menipisnya stok pasir hitam Merapi, sambung Chaerul, penambang menyiasati dengan menambang lahan-lahan pertanian yang tidak produktif.
“Itu masih pasir Merapi yang sudah puluhan tahun lalu mengendap. Istilahnya pasir lahan. Kalau yang pasirnya bagus berwarna hitam harganya Rp110.000 pergubik, tapi kalau berwarna kemerahan harganya Rp95.000 pergubik,” tutup Chaerul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar