Sabtu, 28 Januari 2023

Tebing Sungai Gendol Jadi Ancaman Terbesar Para Penambang Pasir

 Harianjogja, SLEMAN—Potensi bencana tanah longsor di area penambangan pasir di kawasan Sungai Gendol, tepatnya di Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman kini bukan lagi pada akses masuk ke lokasi tambang, namun justru ada di spot tebing kanan-kiri sungai tersebut.
Kepala Seksi Mitigasi Bencana BPBD Sleman Joko Lelono menjelaskan potensi tanah longsor di area penambangan pasir Sungai Gendol, kini memang berada di area tebing sungai. Bahkan, ada tebing yang tingginya sekitar 100 meter dan berbahaya bagi para penambang. "Tebing kanan-kiri Sungai Gendol sudah sangat dalam. 
Berdasarkan hasil pemetaan BPBD Sleman, imbuh Joko, area penambangan yang rawan longsor ada di sejumlah titik, mulai dari dam Manggong hingga sebelah barat Srunen. “Di barat Srunen itu ada tebing sungai yang ketinggiannya mencapai lebih dari 100 meter,” ucap dia.
Selain itu, teknik dan metode penambangan yang dilakukan oleh para penambang, menurut Joko, juga kian menambah tinggi risiko longsoran. Penambangan yang dilakukan sejauh ini cenderung tidak memenuhi persyaratan lantaran tanpa adanya perencanaan.
Menurut dia, pada musim kemarau, kontur tanah cenderung kering, sehingga ketika ditambang dari bawah, tidak begitu mengkhawatirkan. Namun di musim hujan seperti saat ini, kondisi tanah di tebing sungai menjadi basah dan labil, sehingga potensi longsornya menjadi lebih tinggi. "Penambangan kini sudah semakin mengarah ke arah tebing. Ini jelas berbahaya, apalagi jika ada aliran lahar hujan. Jadi kami menegur mereka melalui dinas terkait. Kami berharap teknis penambangan diawasi betul. Karena memang sangat mengkhawatirkan," kata dia.
Di lokasi tambang, lanjut Joko, pengawasan tambang sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari Kepala Teknik Tambang (KTT) dari masing-masing pemegang izin tambang. "KTT itu adalah orang yang bertanggung jawab penuh terhadap lokasi tambang dan di situ harusnya ada perencanaan tambangnya,” ucap Joko.

https://jogjapolitan.harianjogja.com/

Minggu, 08 Januari 2023

Perbandingan pasir Lumajang dengan pasir Gunung Merapi terhadap kuat tekan beton

 Beton Merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik (portland cement) , agregat kasar, agregat halus, air, dan bahan tambahan (admixture atau additive). Dalam penelitian yang dilaksanakan di PT. VARIA USAHA BETON, ada dua jenis agregat halus yang dipergunakan yakni pasir lumajang dan pasir gunung merapi. Pasir gunung Merapi merupakan pasir dengan kualitas baik, dikarenakan banyak mengandung kandungan silika (SiO) yang tinggi, ujung silika yang runcing membentuk partikel yang memiliki sudut. Pola partikel yang memiliki sudut itulah yang membuat ikatan pasir gunung merapi degan semen menjadi lebih kuat. Selain kandungan silika (SiO) yang tinggi, pasir gunung merapi juga memiliki kandungan besi (FeO) yang tinggi.

Berdasarkan hal tersebut penelitian ini mencoba untuk melakukan perbandingan pasir lumajang dengan pasir gunung merapi terhadap kuat tekan beton. Metode pembuatan benda uji menggunakan beton silinder (Ø15 cm, tinggi 30 cm) dengan kuat tekan rencana 30 Mpa, menggunakan variasi Faktor Air Semen (FAS) 0.6, 0.5, 0,4 dan 0,3 serta dicampurkan dengan Fly Ash 20%.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil yang memenuhi kuat tekan beton rencana yakni pada FAS 0,5 pasir Lumajang mengalami peningkatan sebesar 27% yakni 411,499 kg/cm2, sedangkan pasir Gunung Merapi mengalami peningkatan sebesar 22,9% yakni 389,351 kg/cm2. Pada FAS 0,4 pasir Lumajang mengalami peningkatan sebesar 32,6% yakni 445,728 kg/cm2, sedangkan pasir Gunung Merapi mengalami peningkatan sebesar 36,5% yakni 472,716 kg/cm2. Pada FAS 0,3 pasir Lumajang mengalami peningkatan sebesar 48,3% yakni 580,432 kg/cm2, sedangkan Pasir Gunung Merapi mengalami peningkatan sebesar 54,7% yakni 663,224 kg/cm2.





https://library.itats.ac.id/index.php?p=show_detail&id=374&keywords=