Demo penutupan tambang pasir di Desa Jugosari berlangsung ricuh. Bahkan polisi hingga mengeluarkan tembakan peringatan ke udara.
Warga menuntut penambangan pasir dihentikan karena merusak lingkungan. Sedangkan penambang pasir menolak penutupan.
"Tuntutan warga agar pertambangan pasir dihentikan karena merusak lingkungan dan juga mendekati permukiman," ujar salah satu warga desa Jugosari, Laila, kepada detikcom Senin (23/11/2020).
Kepala Desa Jugosari Mahmudi mengatakan konflik tambang pasir tersebut muncul lantaran dipicu aksi para penambang pasir yang melanggar kesepakatan dengan warga sekitar. Penambang tetap melakukan pertambangan pasir hingga kurang dari 200 meter dari pemukiman sehingga membahayakan warga jika terjadi hujan maupun banjir.
"Penambang pasir dan warga sepakat bahwa yang boleh dilakukan pertambangan pasir 200 meter dari bahu jalan namun kesepakatan ini dilanggar. Penambang pasir tetap melakukan pertambangan hingga kurang dari 200 meter sehingga mengancam pemukiman warga, sehingga warga datang ke lokasi untuk melakukan penutupan tambang pasir " ujar Mahmudi.
Untunglah ricuh itu tak berlanjut karena polisi segera mengamankan situasi dan kondisi. Kapolsek Candipuro AKP Sajito kemudian meminta warga dan penambang pasir untuk menahan diri.
Sajito sendiri berjanji akan mengumpulkan warga, penambang pasir, dan pemilik lahan pertambangan untuk bermusyawarah guna menyelesaikan persoalan pertambangan pasir di Desa Jugosari tersebut.
"Kami akan mengundang warga, penambang pasir, dan pemilik lahan pertambangan untuk musyawarah bersama guna mencari solusi dan kesepakatan mengenai persoalan pertambangan pasir di Desa Jugosari ini," kata Sajito.
Usai suasana kondusif, warga dan penambang pasir akhirnya membubarkan diri dengan tertib. Polisi meminta penambang untuk menghentikan aktivitas pertambangan pasir untuk sementara waktu hingga ada ksepakatan bersama dengan warga.
dikutip dari https://news.detik.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar