MAGELANG, TRIBUNJATENG.COM -- Sebanyak 10 truk yang terjebak banjir lahar hujan di lokasi penambangan pasir, di Kali Bebeng, Cawang Kulon, Kemiren, Srumbung, Kabupaten Magelang, berhasil dievakuasi secara keseluruhan, pada Jumat (28/10).
Dari informasi yang dihimpun oleh Tribun Jogja, proses evakuasi dilakukan sejak pagi hari, mulai pukul 07.00-15.00, dengan melibatkan kurang lebih dua unit alat berat, serta mengerahkan tenaga manual dari para sopir dan penambang, yang jumlahnya mencapai 150.
Sejumlah truk tampak terjebak lumpur lahar hujan, sehingga tidak dapat bergerak sedikitpun, Kamis (27/10/2016) sore.
"Ya, 10 truk sudah berhasil dievakuasi dengan aman dan lancar. Namun, hampir seluruhnya mengalami kerusakan yang cukup parah, terutama di bagian body dan casis," jelas Kapolsek Srumbung AKP Suwidodo.
Setelah berhasil dievakuasi, deretan truk langsung diusahakan untuk dibawa turun oleh masing-masing sopirnya.
Adapun 10 truk tersebut adalah AA 1956 EK yang dikemudikan Nur Rokhim, warga Tempuran; AD 1394 LJ, Yudi Utoro, warga Srumbung; H 1984 DC, Wempi, warga Srumbung.
Kemudian, H 1491 QG, Rusmani, warga Semarang; H 1320 TC, Alex, warga Salam; AA 1977 CB, Sabar, warga Ngluwar; AA 1820 CB, Harmanto, warga Srumbung; AB 9082 EC, Supriyanto, warga Jumoyo; H 1809 CD, Romadon, Kendal; serta AA 1372 AH, Sulis, warga Ngablak.
Kemudian, H 1491 QG, Rusmani, warga Semarang; H 1320 TC, Alex, warga Salam; AA 1977 CB, Sabar, warga Ngluwar; AA 1820 CB, Harmanto, warga Srumbung; AB 9082 EC, Supriyanto, warga Jumoyo; H 1809 CD, Romadon, Kendal; serta AA 1372 AH, Sulis, warga Ngablak.
Sejumlah penambang pasir masih melakukan aktivitas di kali Bebeng, Srumbung dan sungai-sungai yang berhulu pada gunung Merapi, Sabtu (9/3). Meskipun sebelumnya banjir lahar hujan melanda wilayah tersebut dan nyaris menghayutkan tiga buah truk. BPBD menghimbau agar aktivitas di alur sungai tetap siaga dan mewaspadai banjir lahar hujan.
Terpisah, Wakil Gubernur Jawa Tengah, Heru Sudjatmoko, memberi pernyataan terkait kejadian tersebut. Meski masalah penambangan pasir selalu lekat dengan problem lingkungan, ia mengatakan, bahwa penataan harus dilakukan secara bersama-sama. Selain itu, bagaimanapun juga, mereka yang tertimpa musibah harus tetap mendapat pertolongan.
"Jadi, kita tidak boleh menggabaikan salah satu, semuanya harus kita cakup. Apa boleh buat, yang menambang kan juga rakyat kita. Tapi, kedepannya, soal lingkungan tentu harus ditata lebih baik, jangan sampai terabaikan," katanya.
Heru menambahkan, perkara penataan lingkungan memang tidak akan mudah terselesaikan, serta dibutuhkan kajian yang komperhensif. Walau begitu, menurutnya, problem tersebut dapat dipahami, karena saat ini masih berada dalam masa transisi, terkait perijinan yang dulunya ditangani oleh kabupaten masing-masing, kini dilimpahkan pada provinsi.
"Kami sedang berusaha membentuk kelembagaannya, supaya penanganan masalah tersebut dapat lebih efektif," tukasnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, menandaskan bahwa potensi banjir lahar hujan susulan di sekitaran Gunung Merapi masih tergolong tinggi, sehingga dampaknya tidak bisa disepelekan begitu saja.
Hal tersebut dikarenakan, material piroklastik produk erupsi Gunung Merapi selama Oktober-November 2010 silam, diperkirakan masih tersisa sekitar 20-25 juta meter kubik di puncak dan lereng Gunung Merapi. Dengan semakin meningkatnya curah hujan, maka potensi banjir lahar hujan juga turut meningkat.
Sutopo menjelaskan, sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Merapi dari arah tenggara, selatan, barat daya, barat, hingga barat laut meliputi Kali Woro, Kali Gendol, Kali Kuning, Kali Boyong, Kali Bedog, Kali Krasak, Kali Bebeng, Kali Sat, Kali Lamat, Kali Senowo, Kali Kringsing, dan Kali Apu masih memiliki potensi terjadi banjir lahar hujan.
Di samping itu, ia mencakui, adanya penambangan memang telah mengurangi besaran banjir lahar hujan, karena di beberapa sungai dan sabo telah kosong pasir. Begitu juga dengan dasar sungai yang sudah ditambang, sehingga saat terjadi banjir, aliran lahar hujan akan mengisi ruang yang kosong tersebut dengan sendirinya.
"Tetapi, masyarakat serta penambang pasir, tetap kami himbau untuk meningkatkan kewaspadaannya. Terutama yang berada di sekitaran Gunung Merapi, hendaknya senantiasa memperhatikan kondisi cuaca. Jika hujan deras di bagian hulu, hendaknya aktivitas penambangan tidak dilakukan di sekitar sungai," pungkasnya. (Tribunjogja)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar